Kamis, 27 Desember 2012

Mengerikan Turki Siap Menjadi Tumbal Kepentingan Amerika dan Barat di Suriah


Para Menteri Luar Negeri negara-negara anggota NATO dalam pertemuan baru-baru ini di Brussels, ibukota Belgia sepakat menuntut ketegasan untuk membangun sistem pertahanan rudal Patriot di bawah kendali NATO di perbatasan Turki-Suriah. Bahkan dalam hal ini, telah diumumkan kesepakatan tentang penyediaan sistem tersebut oleh Amerika Serikat, Jerman dan Belanda, sebagai pihak yang memilikinya. Sementara Kementerian Luar Negeri Turki telah menyatakan siap untuk menerima permintaan NATO untuk ditempati pembangunan sistem pertahanan rudal Patriot, dengan menyatakan bahwa “tindakan yang telah diambil tidak akan digunakan untuk tujuan penyerangan.” [Sumber: Tum Haber Ajansları ve TV Kanalları].
*** *** ***
Masalah persetujuan NATO tentang penyebaran sistem pertahanan rudal Patriot di perbatasan Turki-Suriah dapat dinilai sebagai berikut:
Pembentukan Koalisi Nasional Suriah di ibukota Qatar, Doha oleh Amerika Serikat, dan kemudian melahirkan Mu’adz al-Khathib sebagai pemimpinnya, benar-benar telah meningkatkan kecepatan tindakan militer dan politik yang dilakukan terkait urusan Suriah. Sementara di saat AS dan negara-negara Barat mempersiapkan langkah-langkah tersebut terkait urusan Suriah, ternyata AS dan negara-negara Barat juga mengambil keputusan yang mengharuskan penyebaran sistem pertahanan rudal Patriot di perbatasan Turki, di bawah payung NATO.
Peran Turki terkait masalah intervensi Amerika Serikat di Suriah sangat penting dan signifikan. Sebab, tidak mungkin setiap tindakan militer apapun itu berhasil, sementara Turki tidak dilibatkan. Namun, untuk melibatkan Turki harus mempersiapkan opini umum Turki dari aspek hukum hingga Turki mampu melakukan operasi militer di Suriah. Persetujuan Majelis Rakyat baru-baru ini terkait intervensi militer, dan kembali membentuk pangkalan tempur, maka itu tidak lain adalah langkah politik dan hukum dalam masalah ni.
Selain itu, Amerika sedang menyiapkan rencana dan skenario kotor agar Koalisi Nasional mendapatkan restu rakyat, yakni agar rakyat menerima Koalisi Nasional sebagai satu-satunya perwakilan rakyat Suriah yang sah. Rencana dan skenario kotor itu adalah sebagai berikut: “Tentara Suriah sengaja menembakkan sejumlah rudal “simbolis” yang membawa hulu ledak kimia ke wilayah Turki. Dan sebagai balasannya, tentara Turki masuk ke wilayah Suriah melalui deklarasi pemerintah Turki, yang menyatakan bahwa Turki dalam keadaan perang dengan Suriah. Kemudian dimulailah pembicaraan tentang senjata kimia bertepatan dengan konteks pembangunan pangkalan pertahanan rudal Patriot, serta peringatan Amerika Serikat kepada Basyar al-Assad sebagai perkara yang sangat penting. Seolah-olah Amerika mengirimkan pesan yang menyatakan bahwa “Suriah telah menembakkan senjata kimia.”
Sebab, masuknya Turki secara militer ke Suriah, berarti jatuhnya Basyar al-Assad, dan pembersihan semua kelompok bersenjata. Setelah itu, Koalisi Nasional yang baru membentuk pemerintahan transisi, lalu membentuk pemerintah dan tentara yang keduanya sama baru, serta menyampaikan seruan kepada kelompok oposisi selama intervensi mereka untuk mendirikan negara Islam dengan meninggalkan senjata mereka, dan membuat kesepakatan dengan rezim yang berkuasa, atau bersatu dengannya, dan mengumumkan bahwa kelompok oposisi yang menolaknya dinilai sebagai teroris oleh Amerika Serikat dan Barat melalui opini umum dunia.
Ketika Amerika Serikat mengumumkan beberapa kelompok pejuang sebagai teroris dan memasukkannya ke dalam daftar terorisme, maka hal ini akan memperkuat opini tersebut. Sebagaimana pengumuman koalisi baru adalah untuk membuat opini publik dunia dan lokal dengan menunjuk duta besar baru, dengan diwakili Prancis, yang menunjukkan pembentukan pemerintahan transisi setelah Basyar al-Assad, bahkan ia merupakan perwakilan satu-satunya yang sah bagi rakyat Suriah.
Untuk alasan ini, maka Amerika Serikat akan lebih fokus untuk melaksanakan rencana jahatnya tersebut, yaitu dengan membiarkan Turki mempersiapkan serangan terhadap Suriah menjelang berdirinya negara Islam apapun yang diperkirakan akan beridiri di saat jatuhnya rezim Basyar al-Assad. Dengan kata lain, bahwa Amerika Serikat dan negara-negara Barat merasa sudah sangat dekat lahirnya Negara Khilafah, yang merupakan cara satu-satunya menuju penerapan Islam kaffah. Sehingga hal ini diyakini sebagai ancaman bagi mereka. Untuk alasan ini pula, mereka mempercepat aktivitas militer dan politiknya.
Sumber: hibz-ut-tahrir.info, 25/12/2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar