Empat Catatan Penting Terkait Krisis Mesir
Pengamat Hubungan Internasional Farid Wadjdi menyebutkan empat poin penting terkait krisis yang sedang melanda Mesir saat ini kepada mediaumat.com, Rabu (28/11). Pertama, krisis yang terjadi saat ini merupakan cerminan Islamophobia kelompok sekuler dan liberal yang didukung militer dan pendukung rezim lama Husni Mubarak di Mesir.
“Mereka khawatir Mursi akan menggunakan otoritas penuhnya lewat dekrit presiden dan dukungan parlemen yang didominasi kelompok Islam untuk menggolkan penerapan Syariah Islam sebagai hukum negara,” ungkap Farid.
Kedua, krisis ini merupakan dampak dari ketidakjelasan visi perubahan Mesir pasca Mubarak, sehingga tidak ada kesatuan visi rakyat mesir tentang perubahan. Perubahan tanpa kesatuan visi bagai cek kosong yang bisa digunakan oleh siapapun termaksud rezim yang sekedar berganti wajah.
Menurutnya, di sinilah letak penting visi perubahan umat ke depan yang jelas, bukan lagi semata penggantian rezim tapi penegakkan syariah Islam dan Khilafah.” Hal ini harus dilakukan sejak sekarang, karena krisis pasti akan berulang,” ajaknya.
Ketiga, krisis ini menujukkan pula kekuasaan yang diperoleh Mursi –lewat pemilu demokrasi— tidak penuh. Tidak penuh karena militer masih kuat dan tidak sepenuhnya mendukung Mursi.
Hal ini akan menyulitkan Mursi sekaligus menyandera Mursi untuk memperjuangkan idealisme Islam secara total karena akan berhadapan dengan militer yang masih pro sekuler dan dikontrol Amerika.
“Ke depan perubahan menuju penegakkan syariah Islam perlu didukung penuh oleh militer yang sadar karena dasar akidah,” sarannya.
Keempat, krisis ini juga membuktikan perubahan penting harus dibangun atas dasar kesadaran masyarakat secara penuh, bukan hanya milik partai atau kelompok. Sehingga kalaupun terjadi pergolakan bukan lagi antara ikhwanul Muslimin versus liberalis.” Tetapi antara umat (apapun kelompoknya) yang mendukung penuh perubahan kearah Islam versus pro liberalis,” pungkasnya.[] (mediaumat.com, 28/11/2012)
“Mereka khawatir Mursi akan menggunakan otoritas penuhnya lewat dekrit presiden dan dukungan parlemen yang didominasi kelompok Islam untuk menggolkan penerapan Syariah Islam sebagai hukum negara,” ungkap Farid.
Kedua, krisis ini merupakan dampak dari ketidakjelasan visi perubahan Mesir pasca Mubarak, sehingga tidak ada kesatuan visi rakyat mesir tentang perubahan. Perubahan tanpa kesatuan visi bagai cek kosong yang bisa digunakan oleh siapapun termaksud rezim yang sekedar berganti wajah.
Menurutnya, di sinilah letak penting visi perubahan umat ke depan yang jelas, bukan lagi semata penggantian rezim tapi penegakkan syariah Islam dan Khilafah.” Hal ini harus dilakukan sejak sekarang, karena krisis pasti akan berulang,” ajaknya.
Ketiga, krisis ini menujukkan pula kekuasaan yang diperoleh Mursi –lewat pemilu demokrasi— tidak penuh. Tidak penuh karena militer masih kuat dan tidak sepenuhnya mendukung Mursi.
Hal ini akan menyulitkan Mursi sekaligus menyandera Mursi untuk memperjuangkan idealisme Islam secara total karena akan berhadapan dengan militer yang masih pro sekuler dan dikontrol Amerika.
“Ke depan perubahan menuju penegakkan syariah Islam perlu didukung penuh oleh militer yang sadar karena dasar akidah,” sarannya.
Keempat, krisis ini juga membuktikan perubahan penting harus dibangun atas dasar kesadaran masyarakat secara penuh, bukan hanya milik partai atau kelompok. Sehingga kalaupun terjadi pergolakan bukan lagi antara ikhwanul Muslimin versus liberalis.” Tetapi antara umat (apapun kelompoknya) yang mendukung penuh perubahan kearah Islam versus pro liberalis,” pungkasnya.[] (mediaumat.com, 28/11/2012)
Empat Catatan Penting Terkait Krisis Mesir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar