Kumpulan cerpen karya Kuntowijoyo “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” ini sarat dengan filosofi filsafatnya. Ini terlihat dari bagaimana Kuntowijoyo memaparkan dua filosofi hidup melalui watak Ayah dan Kakek. Dan sang Anak dalam cerpen ini mewakilkan kebingungan dalam menentukan pedoman hidup, walaupun pada akhirnya sang anak lebih memilih kedua orangtuanya.
br />
Dilarang Mencintai Bunga-bunga Salah satu karta Kuntowijoyo yang sarat dengan pesan-pesan filosofis |
Cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga” (yang juga menjadi judul buku kumpulan cerpen Kuntowijoyo ini) mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Buyung yang menyukai bunga, tetapi ditentang keras oleh ayahnya.
Cerita dimulai dengan kepindahan keluarga Buyung dari desa ke kota. Di kota, rumahnya bersebelahan dengan sebuah rumah berpagar tembok tinggi. Dari orang-orang, Buyung mendapat kabar bahwa rumah itu dihuni oleh seorang kakek yang hidup sendiri. Karena terdorong rasa penasaran yang kuat, akhirnya ia mengintip rumah itu dengan naik ke pagar tembok melalui pohon kates di pekarangan rumahnya. Ia kaget ketika menyaksikan pemandangan halaman rumah itu yang penuh dengan banyak bunga.
Namun, ia tak berhasil melihat kakek. Ia pun bertanya pada orang-orang tentang kakek, tetapi tak satu pun yang mengetahuinya. Walaupun kawan-kawannya mengejek, ia tetap mencari informasi tentang kakek. Sampai suatu hari, ia bisa bertemu kakek itu secara dekat. Pada pertemuan pertama, kakek memberinya bunga yang diselipkan pada tangannya. Anehnya, ia langsung mencintai bunga itu. Ayahnya menentang dan menghancurkan bunga itu. Buyung merasa sedih.
Sejak itu, Buyung sering mengunjungi rumah kakek dan pulang membawa bunga ke rumah. Bunga itu ia simpan di kamarnya. Ayahnya marah besar melihat hal itu. Akhirnya terjadilah perang dingin antara ia dan ayah. Ia menghindari bertemu ayah. Ia lebih memilih mengurung diri di kamar sambil menatap bunga-bunga atau pergi ke rumah kakek. Ayahnya tak menyukai hal tersebut, maka disuruhlah Buyung bekerja di bengkel yang berada di halaman rumah.
Praktis, seluruh waktu yang dimilikinya habis untuk sekolah, mengaji, dan bekerja. Ia hampir tak punya waktu untuk berkunjung ke rumah kakek. Ketika ada kesempatan, barulah ia dapat menemui kakek. Saat itu, ia menanyakan pekerjaan kakek. Kakek menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bunga. Ia juga bertanya pada ayah. Ayahnya menjawab bahwa ia mencari hidup sempurna melalui bekerja.
"Engkau mesti bekerja. Sungai perlu jembatan. Tanur untuk melunakkan besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali. Dam dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. Tanah tandus disuburkan. Mesti. Mesti, Buyung! Lihat tanganmu!" kata ayahnya.
***
Kebingungan yang terjadi dalam diri sang Anak, tanpa kita sadari pun ada di dalam diri kita. Tidak seperti kebanyakan pengarang yang mengambil gagasana besar dalam setiap karyanya, dalam cerpen “Dilarang Mencintai Bunga-Bunga ini, Kuntowijoyo mengambil gagasan yang terasa sangat sederhana, namun sebenarnya ini merupkan isu-isu sosial yang terasa nyata.
Kangen dengan bacaan-bacaan hasil karya Pak Kunto ??? Silahkan Download disini :
Download Dilarang Mencintai Bunga-bunga
Note:
Ebook ini berformat file DJVU, sehingga harus dibuka dengan software DJVUviewer. Untuk mendapatkannya silahkan download disini ~> Download DJVU Viewer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar