Selasa, 20 November 2012

Ahmad Al-Jabari, Komandan Operasi Militer Izzuddin Qassam Yang syahid di bunuh Israel

Biografi Ahmad Al-Jabari, Komandan Operasi Militer Izzuddin Qassam


Ahmad Said Khalil al-Jabari dikenal sebagai tokoh kuat di Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas). Sementara Zionis Israel menyebutnya "Kepala Staf Hamas". Al-Jabari merupakan perunding langsung mewakili Hamas dengan rezim Zionis Israel dalam proses pertukaran tawanan Palestina dengan Gilad Shalit, tentara Israel yang ditawan Hamas. Sebagai seorang komandan operasi militer Brigade Izzuddin Qassam, Al-Jabari menjadi orang yang paling dicari oleh Dinas Rahasia Israel (Mossad)

Ahmad al-Jabari memulai perjuangannya dengan bergabung dengan faksi Fatah. Ia ditawan tahun 1982 ketika ikut dalam sebuah operasi militer anti Zionis dan dipenjara selama 13 tahun. Selama di penjara, Ahmad al-Jabari mengubah strategi perjuangannya dan memutuskan untuk melakukan perjuangan disertai dengan komitmen agama. Oleh karenanya, ia bergabung dengan Jamaah Islami. Kelompok Ikhwanul Muslimin yang berada di penjara-penjara Zionis Israel adalah orang-orang yang termasuk dalam kelompok Jamaah Islami. Setelah bergabung dengan kelompok ini, ia bergaul banyak dengan tokoh-tokoh penting Hamas seperti Syahid Abdul Aziz Rantisi, Syahid Ismail Abu Syanab, Nizar Rayyan, Ibrahim al-Muqadimah dan begitu juga dengan Syahid Shalah Syahhadah, penggagas sayap militer Hamas. Kedekatannya ini yang membuat al-Jabari bergabung dengan Brigade Izzuddin Qassam setelah keluar dari penjara.

Al-Jabari pada 1995 dibebaskan dari penjara Israel dan dipercayai mengelola Lembaga urusan Tawanan yang berafiliasi ke Hamas. Pada 1997 al-Jabari masuk dalam lingkaran pemimpin politik Hamas di Jalur Gaza. Hubungannya dengan Muhammad ad-Dhaif, Saad al-‘Arabid dan Adnan al-Ghaul, para komandan senior Brigade Izzuddin Qassam menjadi semakin kokoh. Masalah ini membuat pasukan keamanan milik Otorita Palestina pada 1998 menahannya dengan tuduhan memainkan peran sebagai penghubung antara sayap militer dan kepemimpinan politik Hamas.

Al-Jabari dibebaskan pada tahun 2000, bersamaan dengan dimulainya Intifada Masjidul Aqsa dan ketika rezim Zionis Israel menyerang pangkalan militer Otorita Palestina di Jalur Gaza. Pada waktu itu, al-Jabari semakin dekat dengan Syahid Syahhadah dan Muhammad ad-Dhaif yang memberinya kesempatan bergabung dengan tim operasi militer Brigade Izzuddin Qassam. Bersama dua tokoh ini, al-Jabari berhasil mengorganisir sayap militer Hamas ini dengan baik dari sisi finansial dan militer.

Di tahun 2003, militer Zionis Israel meneror Muhammad ad-Dhaif, tapi aksi teror itu tidak berhasil menewaskannya, sekalipun Muhammad ad-Dhaif mengalami luka parah dan akhirnya lumpuh. Oleh karenanya, ia tidak mampu melanjutkan tanggung jawabnya memimpin Brigade Izzuddin Qassam. Peristiwa ini menjadi alasan rekonstruksi Dewan Militer Izzuddin Qassam yang berakhir pada penunjukkan al-Jabari sebagai komandan operasi militer Brigade Izzuddin Qassam. Sekalipun demikian, Muhammad ad-Dhaif secara formalitas tetap menjabat sebagai panglima Brigade Izzuddin Qassam selama setahun.

Kemampuan al-Jabari dalam memimpin sayap militer Hamas ini dengan cepat berkembang dan dalam waktu singkat kelompok yang waktu itu masih berupa milisi menjadi semi militer dengan lebih dari 10 ribu pasukan yang terbagi dalam tugas dengan tingkatan tertentu. Setiap tugas dan tingkatan ini dimaksimalkan pada unit-unit khusus. Al-Jabari membangun beragam gudang senjata untuk Brigade Izzuddin Qassam, dimana sebagian senjata itu diproduksi sendiri.

Perlahan-lahan al-Jabari tampil menjadi masalah terbesar bagi Mossad. Selain menjadi komandan pelbagai operasi militer anti Zionis Israel sebelum rezim ini keluar dari Jalur Gaza pada 2005, al-Jabari merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam aksi pembersihan Gaza dari agen-agen Otorita Palestina yang akhirnya memisahkan Jalur Gaza dari Tepi Barat Sungai Jordan pada bulan Juni 2007. Al-Jabari juga menjadi perancang operasi penyanderaan Gilad Shalit, tentara Israel.

Ketika militer Zionis Israel menyerang Jalur Gaza, al-Jabari berhasil mengorganisir pasukannya dengan aksi-aksi luar biasa mampu menghadapi agresi Israel, bahkan menggagalkan setiap target yang diinginkan para pejabat Israel. Hal inilah yang membuat Mossad begitu bernafsu menghabisi al-Jabari. Militer Israel berkali-kali berusaha menerornya dan yang paling penting ketika Israel menembakkan roket dari helikopter Apache ke rumahnya pada 18 Agustus 2004 yang membuatnya cedera. Dalam serangan itu, anak tertuanya, Muhammad dan saudaranya bersama tiga orang dari keluarganya gugur syahid.

Al-Jabari adalah menantu Abdul Aziz Rantisi dan anaknya yang bernama Syahid Muhammad al-Jabari merupakan menantu Syahid Shalah Syahhadah. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar