Senin, 16 Juli 2012

KELEMAHAN HISAB DALAM MENENTUKAN AWAL RAMADHAN DAN IDUL FITRI

Sunset di daerah WIB (bujur 105) pada tanggal tersebut adalah pada rentang jam 17:52 sd 17:55
Hasil perhitungan terlihat berbeda-beda tergantung ‘siapa yang menghitung’ dan ini akan menjadi perdebatan panjang untuk mempermasalahkan hitungan siapa yang paling valid.
Dalam aplikasinya tentu menimbulkan konsekuensi yang tidak sederhana.
Misal, kesalahan program Navigator Light dan Navigator’s Almanac akan menyebabkan para pelaut tersesat dari tujuannya.
Sedangkan bagi muslim, bila diantara nilai teratas-terbawah terdapat masa Sunset, hal ini yang akan menjadi krusial, masalah pelik.
Karena berdasarkan kaidah ‘Wujudul Hilal’ alias terjadinya konjungsi sebelum sunset, ini dianut oleh Muhammadiyah, maka MALAM itu sudah dinyatakan masuk bulan baru.
Kriteria Wujudul Hilal menyatakan:
“Jika setelah terjadi ijtimak, bulan terbenam setelah terbenamnya matahari maka malam itu ditetapkan sebagai awal bulan Hijriyah tanpa melihat berapapun sudut ketinggian bulan saat matahari terbenam”
Dari kriteria ini maka ‘penganut program komputer’ nomer 4,5 dan 6 malamnya sudah bisa takbir keliling :)
Sedangkan penganut program sisanya harus bersabar dengan berpuasa sehari lagi.
(Perlu dicatat pula bahwa besoknya pun hilal belum tentu bisa dilihat, tetapi tulisan kali ini tidak mengupas ru’yat, hanya menyoroti sisi hisab saja).
Kasus sangat ekstrem, misalnya hasil perhitungan A konjungsi terjadi pada 17:30:00, menurut si B 17:30:30 sedangkan sunset terjadi pada 17:30:15!!
Nah, dari data di atas, mana yang lebih kita percayai sebagai masa konjungsi?
“Sebaiknya jangan percaya dengan data buatan orang kafir”, mungkin ini jawaban anda yang radikal/ fundamental, sambil menenteng handphone CDMA & GSM berlagak tidak mengetahui bahwa telekomunikasi ini melalui satelit yang diluncurkan dari “hasil perhitungan orang kafir”. :P
Terlepas dari perhitungan mana yang lebih valid, hal ini sebenarnya menunjukkan terbatasnya kemampuan manusia, secara khusus yakni lemahnya metode hisab. Wallahua’lam.
Mengukur Altitude Bulan

1. Jam tangan akurat, penulis memakai penunjuk waktu yang terdapat di HP Sony Ericsson dan juga laptop IBM T42 yang sering dikalibrasikan dengan waktu universal via internet.
2. Sextant-CD, yaitu Sextant ‘ala kadarnya’ buatan tangan penulis.
Cara pembuatan Sextant-CD ini bisa dibaca di modul Navigasi Langit di Halaman Download di Http://Genghiskhun.com
3. Ember yang berisi air sebagai Horizon ARTIFISIAL.
4. Camera, tentu saja untuk motret :)


Penulis berada di koordinat bumi:
01°49’12″LU, 127°49’28″ BT
Hasil pengukurannya:
22:54 WIT, altitude 125°02′ azimuth tidak diukur
Nilai altitude di bagi 2 karena penulis memakai horizon artifisial (air dalam ember), menjadi 62°31′
Mari kita lihat data ‘Planetarium desktop’ malam ini:) :
1. Stellarium : Alt 66°22′
2. KStars : Alt 66°16’52″
3. Navigator Light : 66°32′
4. Mooncalc : 66,173°
5. Equinox LE : 66°
Sepertinya akurasi Sextant-CD yang perlu dipertanyakan :P
Atau karena posisi bulan sudah tinggi sehingga terlalu sulit diukur?
(Skala Sextant normal hanya sampai 120°!)
Genghis Khun
Pustaka:
1. Stellarium
2. Navigator Light
3. Navigator’s Almanac v2.0 (JK simmond 1996, mobi@netconnect.com.au)
4. Mooncalc, Dr. Monzur Ahmed
5. New Moon
6. Accurate Times, Mohammad Odeh
7. KStars 1.2.9
8. Rukyatul Hilal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar